Selasa, 24 Januari 2012

The 84th Oscar Nomination List

Dear all my blog readers, here is the complete list of 84th Annual Academy Award nominations announced Tuesday, 24 January 2012.

1. Best Picture:
"The Artist," '
'The Descendants,"
''Extremely Loud & Incredibly Close,"
''The Help,"
''Hugo,"
''Midnight in Paris,"
''Moneyball,"
''The Tree of Life,"
''War Horse."

2. Best Actor:
Demian Bichir, "A Better Life";
George Clooney, "The Descendants";
Jean Dujardin, "The Artist";
Gary Oldman, "Tinker Tailor Soldier Spy";
Brad Pitt, "Moneyball."

3. Best Actress:
Glenn Close, "Albert Nobbs";
Viola Davis, "The Help";
Rooney Mara, "The Girl With the Dragon Tattoo";
Meryl Streep, "The Iron Lady";
Michelle Williams, "My Week With Marilyn."

4. Best Supporting Actor:
Kenneth Branagh, "My Week With Marilyn";
Jonah Hill, "Moneyball";
Nick Nolte, "Warrior";
Christopher Plummer, "Beginners";
Max von Sydow, "Extremely Loud & Incredibly Close."

5. Best Supporting Actress:
Berenice Bejo, "The Artist";
Jessica Chastain, "The Help";
Melissa McCarthy, "Bridesmaids";
Janet McTeer, "Albert Nobbs";
Octavia Spencer, "The Help."

6. Best Director:
Michel Hazanavicius, "The Artist";
Alexander Payne, "The Descendants";
Martin Scorsese, "Hugo";
Woody Allen, "Midnight in Paris";
Terrence Malick, "The Tree of Life."

7. Best Foreign Language Film:
"Bullhead," Belgium; "
Footnote," Israel; "
In Darkness," Poland;
"Monsieur Lazhar," Canada;
"A Separation," Iran.

8. Best Adapted Screenplay:
Alexander Payne, Nat Faxon and Jim Rash, "The Descendants";
John Logan, "Hugo";
George Clooney, Grant Heslov and Beau Willimon, "The Ides of March";
Steven Zaillian, Aaron Sorkin and Stan Chervin, "Moneyball";
Bridget O'Connor and Peter Straughan, "Tinker Tailor Soldier Spy."

9. Best Original Screenplay:
Michel Hazanavicius, "The Artist";
Annie Mumolo and Kristen Wiig, "Bridesmaids";
J.C. Chandor, "Margin Call";
Woody Allen, "Midnight in Paris";
Asghar Farhadi, "A Separation."

10. Best Animated Feature Film:
"A Cat in Paris";
"Chico & Rita";
"Kung Fu Panda 2";
"Puss in Boots";
"Rango."

11. Best Art Direction:
"The Artist,"
''Harry Potter and the Deathly Hallows Part 2,"
''Hugo,"
''Midnight in Paris,"
''War Horse."

12. Best Cinematography:
"The Artist,"
''The Girl With the Dragon Tattoo,"
''Hugo,"
''The Tree of Life,"
''War Horse."

13. Best Sound Mixing:
"The Girl With the Dragon Tattoo,"
''Hugo,"
''Moneyball,"
''Transformers: Dark of the Moon,"
''War Horse."

14. Best Sound Editing:
"Drive,"
''The Girl With the Dragon Tattoo,"
''Hugo,"
''Transformers: Dark of the Moon,"
''War Horse."

15. Best Original Score:
"The Adventures of Tintin," John Williams;
"The Artist," Ludovic Bource;
"Hugo," Howard Shore;
"Tinker Tailor Soldier Spy," Alberto Iglesias;
"War Horse," John Williams.

16. Best Original Song:
"Man or Muppet" from "The Muppets," Bret McKenzie;
"Real in Rio" from "Rio," Sergio Mendes, Carlinhos Brown and Siedah Garrett.

17. Best Costume:
"Anonymous,"
''The Artist,"
''Hugo,"
''Jane Eyre,"
''W.E."

18. Best Documentary Feature:
"Hell and Back Again,"
''If a Tree Falls: A Story of the Earth Liberation Front,"
''Paradise Lost 3: Purgatory,"
''Pina,"
''Undefeated."

19. Best Documentary (short subject):
"The Barber of Birmingham: Foot Soldier of the Civil Rights Movement,"
''God Is the Bigger Elvis,"
''Incident in New Baghdad,"
''Saving Face,"
''The Tsunami and the Cherry Blossom."

20. Best Film Editing:
"The Artist,"
''The Descendants,"
''The Girl With the Dragon Tattoo,"
''Hugo,"
''Moneyball."

21. Best Makeup:
"Albert Nobbs,"
''Harry Potter and the Deathly Hallows Part 2,"
''The Iron Lady."

22. Best Animated Short Film:
"Dimanche/Sunday,"
''The Fantastic Flying Books of Mr. Morris Lessmore,"
''La Luna,"
''A Morning Stroll,"
''Wild Life."

23. Best Live Action Short Film:
"Pentecost,"
''Raju,"
''The Shore,"
''Time Freak,"
''Tuba Atlantic."

24. Best Visual Effects:
"Harry Potter and the Deathly Hallows Part 2,"
''Hugo,"
''Real Steel,"
''Rise of the Planet of the Apes,"
''Transformers: Dark of the Moon."

So, who’s your prediction?

Selasa, 03 Januari 2012

Memperkenalkan Banten Melalui Film







“Dear Gio, ini adalah suratku yang terakhir untukmu. Hari ini adalah hari dimana aku akan melangkahkan kakiku pada sebuah perjalanan. Ketika orangtuaku menuntunku dalam doa-doa mereka, sebelum aku menjadi istri seseorang, tapi ia bukan kamu. Dan bersamanya, ku akan mengurangi kehidupan. Sebuah kehidupan yang sepenuhnya dibangun diatas fondasi cinta, rasa percaya dan kesetiaan.”

Ketika saya menuliskan narasi ini, saya tidak membayangkan “Gio” untuk dihidupkan oleh aktor manapun, karena saya sedang tidak membuat film fiksi. Gio adalah sosok laki-laki imaginer yang saya bayangkan sebagai cinta pertama seorang perempuan asal Desa Ranca Kelapa, Tangerang yang pada hari itu akan menikah. Sebagaimana yang dilukiskan dalam filmnya (bisa anda temukan di YouTube), perempuan berdarah Tionghoa itu menikah dengan adat Khonghucu, sebuah ritual yang berusia ratusan tahun dengan keaslian tatacara yang masih terjaga sampai saat ini.

Sebagaimana yang terjadi di hampir semua budaya, sebuah ritual perkawinan pasti diikuti dengan pesta baik itu yang diselenggarakan dengan bersahaja, maupun yang mewah. Tapi di Ranca Kelapa, urutannya terbalik. Pesta diadakan pada siang hari, setelah itu, ritual yang disebut “Cio Tao” diadakan pada diniharinya, lengkap dengan tradisi menyisir rambut, saweran, dan saling menyuapi.

Pesta perkawinan masyarakat keturunan Tionghoa yang seringkali disebut sebagai warga China Benteng ini sendiri adalah warisan budaya yang sangat menarik. Pesta tidak jarang dilakukan selama tiga hari tiga malam, dengan hiburan “Gambang Kromong”, salah satu kesenian akulturasi budaya lokal dan Tiongkok, yang kini semakin terpinggirkan. Saat pesta, makanan melimpah dilengkapi dengan papan petunjuk untuk membedakan antara makanan Tionghoa dan makanan Indonesia.

Saya menangkap eksotisme-eksotisme ini dalam sebuah film dokumenter yang berjudul “Cerita Sehari di Ranca Kelapa”. Sebagai putra daerah yang lahir di Tangerang, Banten, sudah sejak lama saya berkeinginan untuk mengabadikan kekayaan budaya Banten melalui sebuah film. Kesempatan itu akhirnya terwujud ketika saya berhasil merampungkan film-film dengan setting China Benteng, termasuk film “The Last Confucian” dan “Cerita Sehari di Ranca Kelapa”, pertengahan 2011 lalu. Alhamdullillah, pada bulan November 2011, “Cerita Sehari di Ranca Kelapa”, terpilih sebagai Juara Harapan II Festival Cipta Film Pemuda Tingkat Nasional 2011 yang diadakan Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia.

Setelah menulis hampir tiga puluh film televisi yang ditayangkan stasiun TV nasional, saya beruntung menemukan jalan untuk menggarap film dokumenter mengenai kekayaan seni dan warisan budaya Banten, meski saat ini baru terbatas untuk wilayah Tangerang. Film dokumenter, dalam pemahaman saya, bisa menjadi sarana pendokumentasian warisan budaya yang kuat, selain yang mungkin sudah ditempuh melalui fotografi dan sastra.

Dalam perjalanan menuju apa yang sedang saya cita-citakan tersebut, pada bulan April 2011, saya menjadi pembicara workshop terbatas untuk Komunitas Love Our Heritage, dengan salah satu materinya mengupas mengenai pembuatan film dokumenter. Kepada para penggiat komunitas budaya yang berbasis di Jakarta itu, saya berbagi pengalaman mengenai documentary filmmaking, serta peran penting film dokumenter dalam upaya pelestarian dan pengenalan budaya-budaya, terutama jika budaya tersebut mulai hilang atau terpinggirkan.

Banten sebagai salah satu propinsi dengan sejarah peradaban tertua di Indonesia, tentu saja kaya dengan hasil warisan budaya tersebut. Namun selama ini, saya belum mendengar, atau mungkin belum ada sebuah usaha untuk memperkenalkan dan mendokumentasikan kekayaan seni budaya tersebut melalui sebuah film, baik itu dokumenter atau fiksi. Padahal potensi seni budaya di Banten sangat tinggi. Tidak hanya China Benteng saja yang menyimpan sejarah dan warisan budaya yang perlu dilestarikan, namun tentunya Banten juga memiliki Suku Baduy, komunitas unik dengan sejuta tabu yang tentunya potensial menjadi destinasi wisata, dengan warisan budayanya yang pasti menarik bagi dunia. Dan agar dunia mengetahui mengenai kearifan lokal mereka yang tak ada duanya, film bisa menjadi salah satu mediumnya.




Tapi, tentu saja Banten jauh lebih kaya daripada ‘sekadar’ China Benteng dan Baduy. Kekayaan budaya adalah suatu nilai lebih Banten, namun jika kita telaah lagi, banyak aspek-aspek potensi lain dari propinsi Banten yang bisa diperkenalkan melalui film. Hal ini termasuk potensi wilayah laut yang terletak di jalur lalu lintas yang strategis, daya tarik Gunung Krakatau yang sudah terkenal seantero dunia, potensi pariwisatanya, sejarahnya yang terkait peradaban kerajaan-kerajaan masa lampau, sampai kekhasan budaya yang tidak dimiliki propinsi lain, seperti Pencak Silat dan Debus.





Banten juga memiliki potensi sebagai destinasi wisata yang belum tergarap dengan maksimal, sehingga dalam hal ini film bisa menjadi wahana promosi yang efektif. Salah satunya adalah Taman Nasional Ujung Kulon, yang merupakan salah satu daerah konservasi alam dunia yang dicanangkan UNESCO sebagai world heritage site. Sebagaimana kita ketahui, wilayah hutan taman nasional ini merupakan habitat dari badak bercula satu yang hampir punah.




Pantai Carita, Tanjung Lesung dan Pulau Umang yang terletak di daerah Serang dan Pandeglang juga merupakan salah satu tujuan wisata favorit bagi wisatawan. Berbatasan dengan beberapa wilayah laut termasuk Selat Sunda dan Samudera Indonesia, Banten memang memiliki pantai-pantai cantik seperti Pantai Sawarna di Banten Selatan, yang sangat cocok untuk olahraga selancar.




Namun, membicarakan Banten dengan populasi lebih dari 10 juta jiwa takkan lengkap tanpa mengupas mengenai infrastruktur penunjangnya, termasuk sarana transportasi, akses jalan dan sebagainya. Selain sebagai propinsi dimana Bandara Internasional Soekarno – Hatta berada, tentu saja sebagai kawasan yang sedang terus berbenah, Banten terus memperbaiki akses jalannya, sehingga mempermudah proses pembangunan. Akses ini penting karena di Banten termasuk salah satu kawasan industri di tanah air.

Di samping itu, karena posisinya yang berada tidak jauh dari ibukota Jakarta, sebagian daerah Banten menjadi penyangga kawasan yang bernilai sosial ekonomi, termasuk menyimpan potensi kependudukan yang tinggi. Dalam hal ini, dikaitkan sebagai fungsi film sebagai medium pendidikan, isu-isu ini tentu saja bisa dielaborasi menjadi tema fim yang mendidik, mencerahkan sekaligus mengadvokasi terbentuknya tatanan masyarakat yang lebih baik.

Merupakan mimpi bersama bagi masyarakat yang tinggal di kawasan ini, untuk melihat daerahnya lebih baik dan lebih dikenal melebihi batas geografis, sekaligus menghasilkan pertumbuhan yang menguntungkan. Setiap masyarakat bisa melakukan cara-cara independen dan kreatif seperti berkomunikasi melalui media film. Oleh karena itu, saya berpendapat, upaya memperkenalkan Banten perlu ditunjang oleh bersatunya komunitas pembuat film di Banten, yang berkomitmen untuk membuat film, dari dan untuk Banten.

sumber foto: http://bantenculturetourism.com

Dari Blogger Untuk Banten

11 Kasus PR Terheboh 2011

Akibat kasus penggelapan dana yang dilakukan karyawannya sendiri, Citibank harus menerima sanksi dari Bank Indonesia berupa larangan menerima nasabah baru bagi layanan Prioritas selama setahun. Sialnya, hal ini diperparah dengan kasus tewasnya nasabah kartu kredit akibat ulah debt collector, sehingga BI juga memberikan sanksi berlapis yang melarang Citibank untuk menggunakan jasa penagihan piutang kartu kredit selama dua tahun serta larangan menerbitkan kartu kredit baru selama dua tahun.

Situasi ini jelas menimbulkan kerugian besar bagi bisnis bank asing terkemukan itu di Indonesia, terutama jika elemen reputasi ikut diperhitungkan. Bagi perusahaan, badan pemerintah, atau individu, reputasi sangat penting. Bila reputasi jatuh, dibutuhkan sumber daya yang lebih besar untuk memulihkannya.

Sepanjang tahun 2011, Majalah MIX mencatat beberapa kasus PR terheboh yang mengancam reputasi citra perusahaan, individu, atau badan pemerintah, termasuk kasus yang melibatkan Citibank tersebut. Dibawah ini 11 diantaranya. (Diterbitkan di majalah MIX Edisi Januari 2012). Disusun oleh Iskandar Julkarnaen


1. Industri Telko dan Isu Pencurian Pulsa





Isu pencurian pulsa sejatinya mulai merebak sejak tahun 2010 ketika YLKI menerima 101 pengaduan dari masyarakat dimana hampir separuhnya merupakan keluhan pengambil pulsa. Namun baru pada penghujung 2011, isu penyedotan pulsa ini masuk ke dalam tahap krisis PR yang melanda semua operator.

Dalam kasus ini, hampir semua operator seluler Indonesia terlibat seperti Telkomsel, Indosat, XL Axiata, Axis Telecom, Hutchison, dan Bakrie Telecom. Kasus sempat memburuk ketika para operator seluler tersebut dianggap saling melempar kesalahan dengan content provider dan dipercaya telah melakukan penipuan kepada konsumen. Konsumen bahkan berusaha melawan para operator dengan menggelar kampanye mematikan telepon seluler selama dua jam pada Sabtu, 15 Oktober 2011.

Beberapa upaya penyelesaianpun diambil. YLKI berusaha menindaklanjuti kasus ini bersama dengan Badan Regulator Telekomunikasi Indonesia. Operator seluler juga mengambil langkah-langkah pemulihan citra masing-masing, sampai akhirnya pemerintah turun tangan melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika. Isu penipuan mulai berangsur-angsur berkurang, terlebih ketika pemerintah melarang operator berbisnis dengan 60 content provider yang sudah di-black list. Untuk melengkapi pemulihan citra ini, operator akhirnya mengembalikan uang dari hasil 'penyedotan' pulsa pelanggannya yang nilainya hampir mencapai Rp 1 Miliar.



2. Angelina Sondakh dan “Inisial BS”

Nama Angelina Sondakh sering disebut-sebut terkait dengan kasus suap wisma atlet SEA GAMES, yang mengemuka sepanjang tahun 2011 ini. Sampai saat ini status Angelina adalah saksi dengan tersangka M. Nazarudin. Politisi inilah yang berulang kali menyebut bahwa Angelina berperan penting dalam kasus yang bisa merusak citranya ini.






Mantan Putri Indonesia ini terkesan santai menjaga reputasinya. Ia kelihatan sangat yakin bahwa citranya bersih dari skandal korupsi. Bahkan, ketika kasus ini belum selesai, Angelina ditengarai memiliki hubungan asmara dengan salah seorang penyidik KPK yang berinisial BS yang membuat sang penyidik dikembalikan ke kepolisian.


3. Recovery “Jangka Panjang” Citibank






Dua kasus yang menimpa Citibank menyiratkan perlunya perbaikan sistem internal di bank asing tersebut. Apalagi strategi PR recovery yang dilakukan Citibank terhitung kurang intensif, menyusul minimnya pernyataan Citibank di media massa. “Kami tidak bisa berkomentar banyak sampai kasusnya selesai,” kata Ditta Amahorseya, Country Head of Corporate Affairs Citibank kepada MIX dalam wawancara beberapa lama berselang.

Tapi, belum ada kepastian kapan kasus ini bisa dianggap ini selesai. Melinda Dee, terdakwa kasus pencucian uang dan tindak pidana perbankan—yang dianggap sudah mencoreng reputasi Citibank, baru menjalani sidang perdana 8 November lalu. Setelah wanita berdarah Aceh tersebut, polisi juga telah menetapkan tiga tersangka baru pada awal Desember lalu. Sementara itu, untuk kasus yang menimpa debt collector-nya, sampai saat ini juga masih berjalan di persidangan.

Menurut Presiden Direktur Fortune PR, Citibank menghadapi tantangan yang tidak mudah. “Citibank perlu memperbaiki sistemnya, dan sebagai upaya recovery, masyarakat perlu tahu kalau perbaikan itu sudah dilakukan.”


4. Delay Lima Jam Garuda Indonesia

Berambisi menjadi maskapai penerbangan dengan reputasi zero delay, Garuda Indonesia justru beberapa kali menuai protes penumpang yang kesal dengan penundaan penerbangan selama berjam-jam. Terakhir, delay dialami oleh penumpang Garuda Indonesia tujuan Yogyakarta pada akhir November lalu yang harus terlunta-lunta di Bandara Soekarno- Hatta selama lima jam sebelum akhirnya diberangkatkan.

Beberapa sumber menyebutkan, Garuda awalnya tidak menunjukkan itikad baik untuk menenangkan penumpang yang kesal, sebelum akhirnya memberikan kompensasi sebesar Rp 300 ribu/ penumpang. Untuk kasus delay ini, Garuda menyebut cuaca buruk sebagai penyebabnya. Pesawat yang dijadwalkan berangkat pukul 17.00, awalnya diinformasikan akan ditunda sampai pukul 20.00. Namun, pesawat baru benar-benar berangkat pada pukul 22.45, mengangkut para penumpang yang kecewa.

Pada kasus penundaan lain seperti yang terjadi di Bandara Sultan Iskandar Muda, September lalu, Garuda menyebut gangguan pada sistem hidrolik sebagai biang keladinya. Garuda meredam krisis dengan menginapkan seluruh penumpang di Banda Aceh, dan menawarkan jadwal penerbangan lain.




Sementara itu, pada kesempatan lain, Menteri BUMN Mustafa Abubakar mengatakan bahwa pihaknya bisa memahami jika jadwal penerbangan tertunda karena faktor cuaca yang tak bisa diantisipasi manusia. “"Kalau keterlambatan karena perawatan mesin atau operasional ini menunjukkan kualitas pelayanan maskapai," ujarnya.


5. Lion Air: Late is Our Name?

Karena seringnya mengalami keterlambatan penerbangan, Lion Air beroleh akronim baru: Late Is Our Name. Sindiran ini kerap terdengar dari obrolan di media-media sosial yang menyinggung maskapai penerbangan swasta nasional ini.

Kenyataannya, seperti yang dikutip dari situs berita online, penumpang pesawat Lion Air seakan sudah terbiasa mengalami penundaan penerbangan. “Bahkan hampir dalam setiap penerbangan selalu terjadi delay,” kata seorang penumpang kepada Okezone, belum lama berselang.

Mengenai penyebabnya, pihak Lion Air menyebut beberapa hal termasuk jadwal kru yang bermasalah, cuaca buruk, sampai permasalahan yang bersifat teknis. Sumber menyebutkan persamalahan delay penerbangan Lion Air ini telah disoroti sejak lama oleh Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan.




Sementara itu, Direktur Utama Lion Air, Edward Sirait menyebut bahwa pihaknya selalu memperlakukan penumpang sesuai dengan Keputusan Menhub (KM) No. 25 tahun 2010. Peraturan tersebut mewajibkan maskapai untuk memberikan makanan saat penumpang sedang menunggu, termasuk menginapkan penumpang bila pesawat terbang ditunda sampai hari berikutnya.



6. Heboh Blackberry Setengah Harga




Maksud hati membuat sebuah acara penjualan perdana yang sukses, namun event yang digelar Blackberry pada akhir November lalu ini malah menuai kekisruhan. Tidak hanya membuat Kapolsek Kebayoran Baru dicopot, tapi peristiwa ini juga menyeret beberapa pihak di belakang penyelenggaraan acara ini ke ranah hukum. Tidak tanggung-tanggung, kasus ini menyeret Presiden Direktur RIM Indonesia, Andy Cobham menyusul penetapan tiga orang lainnya sebagai tersangka. Mereka berasal dari event organizer, pihak Pacific Place, dan konsultan keamanan yang ditunjuk RIM.


Bagaimana RIM bisa menyelenggarakan acara yang berujung kekisruhan menjadi pertanyaan banyak pihak, termasuk Humas Kementerian Komunikasi dan Informasi, Gatot Dewobroto. “Jangan karena dinilai sebagai pasar yang captive, RIM bisa menjadi sembarangan,” kata Gatot kepada media. Sebelumnya, merek-merek seperti Samsung dan Esia juga pernah mengadakan penjualan perdana dengan diskon, namun tidak berujung dengan kekacauan.


7. “Charity Settingan” TV One




Kasus ini mencuat setelah aktifis kemanusiaan Valencia Mieke Randa diundang oleh sosialita Fifie Buntaran untuk menghadiri acara amal di sebuah hotel pertengahan November lalu. Acara tersebut seharusnya dimaksudkan untuk menolong seorang anak bernama Nando yang menderita gagal ginjal. Acara dikemas sebagai malam lelang gaun-gaun yang ditampilkan dalam acara charity fashion show dan berhasil mengumpulkan dana ratusan juta rupiah.

Masalah muncul ketika di akhir acara, Valencia tidak menerima dana apapun, bahkan penggiat BloodForLife itu diberikan informasi bahwa acara itu hanya rekayasa. Valencia yang kecewa semakin kecewa, ketika melihat tayangan acara malam itu di TVOne, dan mengekspresikan kekecewaanya di twitter.

Yang terjadi kemudian adalah opini publik terbentuk terhadap reputasi Fifie Buntaran sekaligus kredibilitas TVOne sebagai stasiun TV berita. Komisi Penyiaran Indonesia, menuduh TVOne melakukan rekayasa, sebuah tuduhan yang kemudian ditangkis TVOne. Bahkan TVOne, melalui GM Internal Affair-nya, Toto Suryanto menyatakan tidak akan meminta maaf terkait dengan tayangan tersebut. Sementara itu, Fifie Buntaran yang merasa citranya dicemarkan dalam peristiwa ini belakangan menunjuk seorang pengacara untuk menggugat TVOne dan memulihkan reputasinya.

8. Kisruh Tak Berujung PSSI

Prestasi sepakbola Indonesia yang sedang menanjak ternyata tidak berjalan linier dengan citra induk organisasi yang menaunginya. Sebab belum enam bulan sejak Kongres Luar Biasa PSSI untuk menggantikan kepemimpinan Nurdin Halid berlalu, kisruh kembali terjadi. Kali ini ada tuntutan untuk membuat KLB PSSI yang diminta oleh pihak-pihak yang dulunya menjatuhkan Nurdin Halid dan menunjuk Djohar Arifin sebagai penggantinya. Alhasil, PSSI-pun kerap dicitrakan secara negatif.

Entah apa yang terjadi di tubuh PSSI, namun dualisme kompetisi sepakbola yang terjadi di Indonesia juga tidak terselesaikan. Bahkan hal ini membuat organisasi sepakbola dunia, FIFA turun tangan. Juru Bicara PSSI, Edi Elison, mengungkapkan FIFA mendesak PSSI menyelesaikan dualisme ini melalui surat resmi FIFA yang diterima PSSI, 22 Desember 2011.




Anehnya, terjadi perubahan pada badan yang dianggap sah menggelar kompetisi sepakbola di Indonesia. Dulu, Indonesia Super League (ISL) merupakan badan yang diakui PSSI. Namun saat ini posisinya terbalik. "Tiba-tiba, barang yang dari dulu halal menjadi haram. Yang dulu legal jadi ilegal dan sebaliknya. Ini aneh," komentar anggota Komisi X DPR RI, Deddy Gumelar.


9. Ancol dan Isu Keselamatan

Tahun 2011 Ancol sempat terkena isu masalah keselamatan ketika dua wahananya mengalami kecelakaan, yaitu Tornado dan Atlantis. Tornado mengalami macet pada bulan Juli 2011, saat menerbangkan 15 pengunjung, namun berhasil dilakukan evakuasi. Peristiwa macetnya Tornado ini sempat ramai diperbincangkan meski kemudian media-media menulis bahwa peristiwa ini terjadi semata karena kesalahan teknis, dan bukan karena kelalaian.

Namun, pada bulan September, kecelakaan terjadi di Atlantis Water ketika hiasan wahana tersebut ambruk. Peristiwa ini menyebabkan empat pengunjung terluka. Berita beredar pertama kali di twitter saat ada yang men-share foto rubuhnya papan seluncuran tersebut. Bahkan peristiwa ini juga sempat mengundang komentar dari Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo.





Menanggapi kejadian ini, Direktur Utama PT Pembangunan Jaya Ancol, Budi Karya Sumadi langsung menyatakan permohonan maafnya kepada pengunjung Atlantis Water Adventure. Pengunjung yang terluka ditangani di rumah sakit, dengan biaya pengobatan ditanggung oleh pihak Ancol. Bahkan para korban ini kemudian diberikan perlakukan khusus berupa tiket gratis masuk Ancol selama setahun penuh.


10. Freeport dan Isu Eksploitasi

Aksi mogok karyawan Freeport yang telah berlangsung selama tiga bulan (September-Desember 2011), membuat citra korporat perusahaan tambang dunia tersebut tercederai. Publik melihat Freeport sebagai perusahaan yang mengeksploitasi tenaga kerja Indonesia dengan memberlakukan standar gaji yang lebih rendah dibandingkan tenaga kerja asingnya. Isu lain juga muncul seperti eksploitasi sumber daya alam dan fakta bahwa pembayar pajak terbesar di Indonesia itu memberikan dana hingga 14 juta dolar AS kepada aparat untuk mengamankan aset mereka di Papua.





Aksi mogok yang diikuti 6000 karyawan atau 90% dari total karyawan Freeport ini, sayangnya berjalan ricuh bahkan memakan korban jiwa dan luka-luka akibat aksi penembakan dan pembubaran paksa. Hal ini diperparah dengan aksi penembakan misterius yang masih sering terjadi di lingkungan sekitar Freeport.

Untuk mengurangi kerugian yang berlanjut akibat mogok besar-besaran ini, Freeport melakukan negosiasi yang sempat berjalan alot. Kesepakatan damai antara manajemen Freeport dan Serikat Pekerja Freeport akhirnya tercapai, dengan salah satu poinnya adalah persetujuan kenaikan gaji karyawan. Freeport juga kemudian beriklan di media massa berisi pernyataan komitmen mereka terhadap Indonesia.


11. Jembatan Kukar Runtuh, Isu Korupsi Menyeruak

Bagaimana sebuah jembatan yang baru berusia 10 tahun bisa runtuh, membuat banyak pihak bertanya-tanya sebab biasanya jembatan dibangun dengan daya tahan minimum di atas 40 tahun. Oleh karena itu, runtuhnya Jembatan Kutai Kartanagara di Kalimantan Timur ini menimbulkan beberapa spekulasi, termasuk indikasi adanya korupsi dalam pengerjaan proyek jembatan yang sering dibandingkan dengan jembatan Golden Gate, San Fransisco ini.



Sampai saat ini, masih dilakukan penyelidikan mengenai penyebab runtuhnya jembatan ini, namun beberapa pihak sudah mengambil langkah-langkah tertentu untuk menjaga reputasinya. Salah satunya adalah Bupati Kutai Kartanagara, Rita Widyasari yang memberikan santunan kepada korban bencana tersebut dari dana pribadinya, selain bantuan resmi dari pemerintah Kabupaten Kutai Kartanagara.