Kamis, 24 November 2016

3 Pelajaran Penting dari BIAF 2016

Saya baru kembali dari Baros International Animation Festival 2016 di Cimahi Bandung. Ini menarik banget, karena venue-nya di luar Bandung (harus ganti angkot 4 kali untuk sampe ke venue), tetapi pesertanya keren-keren dan experts yang diundang sungguh berkelas internasional!

Contohnya saja ada David Kwok, CEO Tiny Island (Singapore), yang karya animasinya bisa tembus ke Cartoon Network, contohnya Ben 10. Ada juga Adam Ham, yang berada di balik kesuksesan animasi terkenal seperti Upin Ipin dan Boboi Boy menembus pasar internasional, dan Stephane Aldebart, orang Perancis yang based di Singapore sebagai Managing Director rumah produksi Moutarde dan Wasabi.

Siapa sangka di belakang kantor Kecamatan Cimahi dan bersebelahan dengan kantor PMK Cimahi, terselenggara festival animasi berkelas internasional!
Ke-tiga orang inilah yang gue temuin dalam sesi konsultasi pada 17 November lalu. Tapi selain 3 orang ini juga banyak tokoh lain yang memberikan master class dan pastinya insights yang bermanfaat bagi siapapun yang tertarik mengembangkan animasi dan Intellectual Property lainnya. Contohnya adalah animator Thailand Nol Kittiampon yang ngerjain animasi Paddle Pop dan Kenichiro Tomiyasu yang sukses melahirkan Final Fantasy. 

Meski sudah pernah dapat 2 penghargaan sebagai pembuat film dokumenter dan menulis banyak naskah untuk film televisi, sebagai produser film animasi, sebenarnya saya masih newbie. :)

Project animasi ini kita beri judul "BayuSekti", dan kami membuatnya sejak tahun 2012, bahkan sebelum saya pindah ke Malaysia. 


Saya ditunjuk jadi Co-Producer oleh teman saya, Kurniawan yang mendirikan rumah produksi Viva Fantasia, partner-an sama 1 temannya yang lain. Sutradaranya bernama Antonius Li, dengan tim yang terdiri dari 10 orang animator Indonesia berbakat, dan akan segera pindah kantor ke sebuah gedung hijau di daerah Jakarta Selatan, bulan Desember mendatang. Budget-nya? Rahasia. :))

Antonius, sutradara BayuSekti


Saya bertemu dengan Antonius di venue, setelah di paginya saya terbang langsung dari Malaysia dan kami lalu mengikuti sesi konsultasi dengan 3 orang yang saya sebutkan di atas. Seharusnya ditambah dengan Hongki Kim (Korea), tetapi waktu tidak mencukupi karena ternyata konsultasi berjalan lebih dari 10 menit untuk setiap tim. Tetapi, saya lalu mengirim email kepada Hongki dan ia sudah memberikan feedback yang menarik!

Anyway, inilah 3 hal yang kami petik dari konsultasi dan event tersebut:

1. Penonton film itu kejam!
Kita nggak bisa berharap penonton maklum dengan keterbatasan budget yang pada akhirnya membuat film ini dibanding-bandingkan dengan film animasi asing. Alasannya simpel, karena penonton membeli tiket dengan harga yang sama dengan ketika mereka membeli tiket untuk film-film asing itu. Jadi kita harus memperhatikan ekspektasi ini.

David Kwok yang bilang begini, tapi sebelumnya saya sudah sempat mendengar opini serupa dari produser Indonesia berinisial R. Masukan yang baik dan membuat kami semakin bersemangat menghasilkan karya yang secara kualitas tidak kalah dari film produksi negara luar!

2. Jangan terburu-buru merilis filmnya
Menurut Stephane Aldebart, penting untuk build fans untuk film ini dulu. Adam Ham malah bilang kita perlu setidaknya satu tahun untuk nge-build fans, dengan cara-cara marketing konvensional, termasuk social media strategy.

Tetapi, setelah ngobrol-ngobrol dengan mereka termasuk David Kwok, kami mendapat ide untuk bagaimana meningkatkan awareness untuk film ini yang harus kami mulai lakukan sesegera mungkin!


3. Perhatikan "cuteness elements"
David Kwok dan Hongki Kim punya concern yang kurang lebih sama yaitu tentang elemen cuteness yang menurut dia biasanya selalu ada di film Disney. Tetapi, saya mengerti biasanya filmmaker selalu punya idealisme tersendiri ketika membuat film dan tidak selalu selaras dengan sisi bisnisnya. Tapi saya setuju dengan argumen dari David Kwok bahwa kita jangan sampai mempersempit market untuk film ini, pada saat yang perlu dilakukan adalah memperluasnya.

Saya dan tim BayuSekti
Tetapi karena filmnya sudah 90% jadi, kami akan mengingat ide ini untuk project berikutnya. Sementara itu, banyak sekali yang akan kami lakukan berikutnya sampai membawa film ini diterima oleh penonton Indonesia!

BAYUSEKTI, in Cinemas 2017!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar