Selasa, 15 Februari 2011

The Anatomy of Feeling

Mungkin ada seseorang disini yang bisa—kau tahu ia bisa menggantikan seorang yang jauh disana. Yang setiap hari menekuri Lake BG. Apalagi disaat musim semi saat ini, di floriade, blue sky, sunny day, tulip tidak hanya ada di Belanda, katanya dalam sms-sms itu. Ia sedang bahagia, langit begitu biru.
Tapi atas nama kesetiaan, kau menutup kemungkinan-kemungkinan itu, menutup dirimu atas sesuatu yang terjangkau. Seseorang yang bisa ditemui dalam setengah jam, untuk bersama-sama menyusuri tempat apapun di kota ini. Bersama. Tidak lagi dalam kesendirian. Meski kau membawa HP—didalamnya ada sms-sms itu, bahwa kita setia. Tak ada ruang bagi yang lain—karena yang lain menjadi begitu membosankan begitu dibandingkan dengan kamu dan dia.
Inikah yang dinamakan perasaan Cinta itu?
Entahlah.
Kau tahu, ada orang-orang disini yang betul-betul berpotensi, untukmu menjadi teman diskusi—tentang apa saja seperti yang biasa kau diskusikan bersamanya. Namun, ada tembok besar yang malas kau lewati.
Ini namanya apa? perasaan apa?
Entahlah.
(masihkah perlu dinamai?)
Lalu ada masa ketika kau menjadi begitu lelah. Ia menjadi begitu lelah atas hati dan perasaan sendiri, seperti juga kamu. Tidak ada orang yang bisa begitu kuat menjalani semua ini, tidak manusia biasa seperti kau dan dia. Maka, ketika kau menginginkannya hanya untuk makan malam yang sederhana, ia tak ada. Dan ketika ia menginginkanmu pada sebuah sore, untuk dilalui menyusuri deretan pepohonan besar di kota yang selalu disebutnya membosankan, kaupun tak ada. Kau dan dia hanya ada dalam pikiran satu sama lain, namun anehnya, kau tak bisa lupa, ia tak bisa lupa.
Perasaan apakah ini?
Lalu mendadak kau begitu rindu, hidup terasa teramat pahit, ketika kau dan dia dengan kompak merasa tersesat dalam keterpisahan ini. Tangisan. Ada janji-janji, kata-kata manis, senyuman. Dan jikalau kau lebih berani, kau akan meninggalkan duniamu, untuk bergabung dengan dunianya. Namun ternyata tidak bisa begitu, tidak lebih banyak kecocokan dibandingkan yang kau kira. Hidup itu mahal, seperti kata ‘selamanya’.
Setiap hari terbangun, ia terbangun lebih dulu, mengirimkan pesan singkat, ketika kau masih tertidur. Pesan-pesan tak sempat terjawab, meluluhlantakkan dunia, menghancurkan rasa. Kau merasa begitu tersakiti. Ia merasa begitu tersakiti.
(why u dont reply my sms, it really hurts). Kau masih menyimpan sms ini, kau merasa begitu menyayanginya, setiap detik, setiap menit, hari-hari berganti, namun ikatan antara kamu dan dia, ternyata makin kuat. Entah bisa terlepas atau tidak, kau tak mau memikirkan ini. Biarlah waktu yang akan menjawabnya.
Namun, kau diam-diam bersyukur pada Tuhan. Sudah menemukan seseorang untuk dicintai, untuk mencintaimu. Itulah perasaan terhebat. Rasa itu, perjalanan itu, nama itu, negara itu, kalimat-kalimat bernada sayang, kecemburuan, takut kehilangan, dan diinginkan. Kau merasa berarti. Barangkali untuk pertama kalinya sepanjang hidupmu. Ketika ia menjadi terang dalam gelap duniamu.
And nothing else matters.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar